PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN

Sangatlah banyak jika diketahui dari pengertian media pembelajaran, Sebelum kita membahas mengenai jenis-jenis media pembelajaran ini, sebaiknya kita juga mengetahui lebih dahulu tentang pengertian istilah-istilah yang dipakai di dalam proses pembelajaran.

Istilah-istilah itu misalnya "pembelajaran", "mengajar", "pengajaran", "pelajaran", "murid", "peserta", "metoda mengajar", "alat bantu mengajar" dan "media pembelajaran". Masing-masing mempunyai pengertian sendiri sebagai berikut :
  1. "Pembelajaran" adalah usaha untuk menjadikan orang lain melakukan kegiatan belajar.
  2. "Mengajar" adalah kegiatan untuk memberikan ilmu atau pengetahuan atau ketrampilan kepada orang lain.
  3. "Pengajaran" adalah perihal mengenai kegiatan mengajar.
  4. "Pelajaran" adalah ilmu atau pengetahuan atau ketrampilan yang diajarkan.
  5. "Murid"adalah orang, dewasa atau belum dewasa, yang diajar dan berada di bawah bimbingan pengajar atau guru.
  6. "Peserta" adaiah orang yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik kelompok belajar, rapat, seminar, lokakarya maupun yang lain. Untuk menyatakan secara lebih jelas, kata peserta dilengkapi dengan keterangan mengenai "peserta apa."
  7. "Peserta pendidikan dan pelatihan (diklat)" adalah orang dewasa yang sedang mengikuti pendidikan yang lebih bersifat penjenjangan atau pelatihan. Walaupun demikian, pada bahan ajar ini digunakan kata "peserta" yang berarti "peserta diklat".
  8. "Metoda mengajar" adalah cara untuk melaksanakan pembelajaran atau cara untuk melaksanakan kegiatan mengajar. Metoda mengajar sering disebut juga "metoda instruksional".
  9. "Alat bantu mengajar" atau "alat bantu pembelajaran" adalah benda nyata yang digunakan untuk memperlancar proses mengajar agar materi yang diajarkan lebih mudah sampai pada peserta diklat sehingga cepat dimengerti. Beberapa alat bantu mengajar yang banyak digunakan antara lain adalah papan tulis, proyektor beserta transparan dan pengeras suara.
  10. "Media" berasal dari bahasa. Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Definisi Media Pembelajaran, Media berasal dari kata “Medium” yang berasal dari bahasa latin “Medius” yang berarti “tengah” atau “sedang”. Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan (Latuheru, 1988 : 9).

Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”.Menurut McLuhan (dalam Sihkabuden, 1985:2) media merupakan suatu sarana atau channel sebagai perantara antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Blacks dan Horalsen (dalam Sihkabuden, 1999:1) juga mempunyai pendapat tentang media. Menurut mereka, media adalah saluran komunikasi atau medium yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan dimana medium itu merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunitor ke komunikan image.

Dengan berpedoman pada pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat atau sarana atau perangkat. Dalam hal ini bisa berupa software atau hardware. Perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras (hardware) sendiri merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung.

Definisi pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan pebelajar. mssembelajarkan berarti usaha untuk membuat seseorang belajar. Dalam upaya pembelajaran terjadi komunikasi antara pebelajar dengan guru, pembelajar atau pengajar. Proses ini merupakan bagian proses komunikasi antar manusia (dalam hal ini adalah antara pebelajar dan pembelajar).

Dari kedua definisi tersebut maka dapat diartikan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima untuk menyampaikan materi yang yang diajarkan serta sarana komunikasi dari guru kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat yang menjurus kearah terjadinya proses belajar dengan tujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam penyampaian informasi dan pesan – pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat – sifat media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai media tersebut.

A.   Klasifikasi media pembelajaran, antara lain menurut Arif, dkk (1986), Gerlach, dkk (1980), Raharjo (1984), dan Wittich dan Schuller (1979).
1. Media Grafis
    • Merupakan media visual
    • Difokuskan pada indera penglihatan
    • Menyajikan symbol-simbol komunikasi visual
    • Fungsi (umum): menyalurkan pesan
    • Fungsi (khusus) :
               • Menarik perhatian
               • Memperjelas sajian ide
               • Mengilustrasikan atau menghiasi fakta (agar tak terabaikan atau terlupakan)
2. Media Audio
    • Difokuskan pada indera pendengaran
    • Fungsi (umum): menyajikan pesan
    • Pesan disajikan dalam bentuk simbol-simbol auditif, verbal ataupun non verbal.
3. Media Proyeksi Diam
    • Merupakan media visual
    • Difokuskan pada indera penglihatan
    • Fungsi (umum): menyajikan pesan
    • Pesan disajikan dalam bentuk simbol-simbol visual (dan auditif),atau dapat serupa bahan-
      bahan grafis
    • Media ini harus diproyeksikan dengan peralatan (proyektor)
4. Media Proyeksi Bergerak
    • Merupakan media visual (audio-visual)
    • Difokuskan pada indera penglihatan (penglihatan-pendengaran)
    • Fungsi (umum): menyajikan pesan
    • Pesan disajikan dalam bentuk simbol-komunikasi visual (dan audio)
    • Media ini harus diproyeksikan
5. Media Tiga Dimensi: Benda, Model, dan Demonstrasi
6. Permainan, Simulasi, dan Dramatisasi Informal

B.   Menurut Bretz dan Briggs (dalam Darmojo,1991:24) mengemukakan bahwa klasifikasi media digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu:
1). Audio Visual
    Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber pesan ke penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan indra pendengaran.contoh media yang dapat dikelompokkan dalam media audio diantaranya: radio, tape recorder, telepon,laboratorium, bahasa dll.

2). Media Visual
     Media visual yaitu media yg mengandalkan indra penglihat. Media visual menjadi 2 yaitu :
     a) Media visual diam
       Contohnya: foto, ilustrasi, flashcard, gambar pilihan dan potongan gambar, film bingkai, 
       film rangkai,OHP, hrafik, bagan, diagram, poster, peta dll.
      b) Media visual gerak
          Contohnya: gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan sebagainya.

3). Media Audio Visual
     Media Audio Visual merupakan media yang mampu menampilkan suara dan gambar. 
     Ditinjau dari karakteristiknya media audio visual dibedakan menjadi 2 yaitu:
      a). Media audio visual diam
           Contohnya: TV diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara dan buku bersuara.
      b). Media audio visual gerak
           Contohnya: film TV, TV, film bersuara.

4). Media Serbaneka
    Media serbaneka adalah suatu media yang disesuaikan dengan potensi di suatu daerah, di sekitar sekolah atau di lokasi lain atau di masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran. Contohnya: papan tulis, media tiga dimensi, realita dan sumber belajar pada masyarakat.

C.   Secara umum klasifikasi media pembelajaran digolongkan menjadi 3 unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Dari tiga unsure pokok tersebut terbagi lagi menjadi 9 kelompok yaitu :
1. Media Audio (Siaran Radio)
2. Media Cetak (Modul, Buku)
3. Media Visual Diam (OHT)
4. Media Visual Gerak (Film Bisu )
5. Media Audio-Visual (TV,VCD)
6. Media Objek Fisik (Benda nyata)
7. Manusia dan Lingkungan (Guru, Pustakawan, Laboran)
8. Komputer
9. Internet

CONTOH MEDIA PEMBELAJARAN
a. Kaset Audio
     Merupakan media auditif yang mengajarkan topik-topik pembelajaran yang bersifat verbal seperti pengucapan (pronounciation) bahasa asing. Untuk pengajaran bahasa asing media ini
tergolong tepat karena bila secara langsung diberikan tanpa media, sering terjadi ketidaktepatan yang akurat dalam pengucapan, pengulangan dan sebagainya.

b. Gambar atau Foto
     Gambar atau foto berfungsi untuk menyampaikan pesan melalui gambar yang menyangkut indra penglihatan. Selain itu, media ini juga bertujuan untuk menarik perhatian, memperjelas materi, mengilustrasikan fakta atau informasi.

c. Bagan
    Merupakan media yang berfungsi untuk menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit dan digunakan untuk memperagakan pokok-pokok isi bagian secara jelas dan sederhana.

d. Grafik
     Merupakan media sederhana yang dipakai untuk membandingkan perbedaan jumlah dari data pada saat yang berbeda-beda.



SUMBER REFERENSI :
- Kustandi, Cecep dan Sutjipto, Bambang. 2011. Media Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia
- Murdanu. 2004. Hand-out Pengembengan Media Pembelajaran Matematika.
- Mahanani, A Fauzan. 2012. Pengertian Media Pembelajaran.

Hal Yang Paling Sulit Adalah Malarang Abg & Remaja Untuk Tidak Main Game

Bolehkah remaja bermain game? ‘Sehat’ nggak, sih?


Rana dan Ben adalah orang tua dua remaja putra : Toni, kelas 2 SMP dan Julian baru kelas 1 SMP. Rana dan Ben sama-sama bekerja. 

Pagi pukul enam mereka sudah berangkat dan pukul delapan malam baru tiba lagi di rumah. Mereka kerap dihinggapi perasaan bersalah karena kurang memperhatikan kedua putra mereka. 

Sebagai kompensasi dari rasa bersalah, Rana dan Ben menyediakan fasilitas lengkap bagi Toni dan Julian, termasuk membelikan game console.

Suatu hari Ben pulang cepat dari kantor. Saat ia masuk ke rumah, Toni dan Julian sedang asyik bermain game. Awalnya, Ben tak memperhatikan. Ia sibuk hilir mudik, berganti pakaian ke kamar dan mencari cemilan di dapur. 

Suara tembak-tembakan dan sumpah serapah (dalam Bahasa Inggris) yang keras dari game menarik perhatiannya. Ia kembali ke ruang tengah untuk melihat game seperti apa yang tengah dimainkan putra-putranya. 

Betapa terkejutnya Ben, karena mereka sedang bermain Grand Theft Auto (GTA). Ben memang tak punya waktu bermain game, tapi ia tahu game semacam apa GTA. Yang jelas, GTA sebenarnya hanya boleh dimainkan oleh orang dewasa (17 tahun ke atas), tapi fakta dilapangan justru ada banyak anak di bawah umur yang getol memainkannya.

Ben juga tahu, konten GTA menampilkan kekerasan yang brutal, sumpah serapah, penggunaan narkoba, bahkan adegan seks terbuka.

“Lho lho lho, kok kalian main GTA sih?”

“Memang kenapa Pa?” tanya si bungsu, matanya tak lepas dari layar.

“Ini kan game buat orang dewasa.”

Si sulung menoleh ke arah ayahnya. “Lah, kemarin kata Papa boleh.”

“Hah? Masa sih?”

Ben lalu teringat, akhir pekan lalu saat jalan-jalan ke mal, putra-putranya meminta izin membeli game dengan uang celengan mereka sendiri. Ben langsung mengizinkan, tanpa mengecek game apa yang mereka beli. Ia pun menepuk jidatnya.

“Nggak apa-apa kok, Pa. Gamenya tembak-tembakan doang. Game lain juga begitu kok,” ucap si bungsu lagi, santai.
Ben kembali menepuk jidat.

Ayah Edy, bolehkah remaja bermain game?

Jawaban Ayah Edy:

Ayah Bunda yang sedang ‘tepuk jidat’

Anak boleh bermain game. Game adalah alat dan alat itu netral. Yang membuat tidak netral adalah jenis dan isi dari gamenya. Jenis-jenis game yang kontennya mengandung kekerasan dan pornografi tentu perlu mendapat perhatian khusus dari kita. Salah satunya, GTA. Grand Theft Auto

Namun bila ditanya apakah game kekerasan sama sekali tidak boleh dimainkan oleh remaja kita, saya pribadi sebenarnya menjawab tidak. Masalahnya, game –seperti juga gadget lainnya-- tidak bisa dihilangkan. Bila kita melarang mereka bermain di rumah, mereka bisa mencari sendiri di luar. Apalagi, yang kita bicarakan di sini adalah remaja.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Saran saya, bermainlah bersama mereka. Jadi orangtua tidak hanya harus "TAHU DAN UPDATE" game apa yang dimainkan anaknya, tapi juga bermain bersama agar paham betul apa konten game ini. 

Saat Ayah Bunda mendampingi anak bermain, Anda dapat menerjemahkan game itu pada anak dalam bentuk baik dan buruk. Jika anak bermain game tanpa pendampingan, ia akan memiliki respons dan pemaknaan sendiri. Namun bila kita dampingi, kita bisa mengarahkan bagaimana ia memaknai game itu. Itu pengalaman kami bersama anak-anak berhubungan dengan game-game yang berkembang saat ini. 

Misalnya, ketika Ayah Bunda bermain game Counter Terrorist –game melawan teroris dan menyelamatkan sandera—Anda kemudian bisa berdiskusi dengan anak: Apa yang dimaksud dengan teroris, kenapa bisa ada teroris dan bagaimana pandangan kita dan ajarkan agar anak memilih pihak yang Counter Terorist dan bukan Terorisnya. Atau ketika melihat granat dan aneka senapan, kita juga bisa berdialog dengan anak soal jenis-jenis senjata dan bagaimana saja senjata itu digunakan oleh para polisi anti teror. Lalu bila anak menemukan kekerasan di kehidupan nyata, apa yang sebaiknya ia lakukan.

Dulu saya melarang anak-anak saya bermain game dengan unsur kekerasan. Namun saya pikir, kami tinggal di Indonesia, di negara nyata. Suatu saat, entah kapan, anak-anak saya pasti akan bertemu, melihat atau bahkan mengalami sendiri suatu bentuk kekerasan. Seperti yang baru-baru ini terjadi.

Baca Juga :  - Dampak Buruk jika Kita Sering Membentak Anak
                     - Cermin Kehidupan

Orang mungkin heran mengapa Ayah Edy memperbolehkan putranya main game perang. Namun jika anak saya benar-benar terproteksi dan steril, saya takut ia kelak akan menjadi orang yang tidak paham tentang dunia nyata. Bermain game dengan pendampingan orangtua disertai dialog akan membuat anak mendapat gambaran utuh mengenai kekerasan dalam kehidupan nyata. 

Harapan saya, kelak mereka tidak akan canggung melihat kekerasan bisa memberikan reaksi bela diri atau self defense system namun tdak ikut-ikutan melakukan kekerasan dan yang jauh lebh penting adalah anak kita kelak mau membela yang lemah dan benar dari korban 
kekerasan. Karena di zaman ini kebanyakan orang cenderung takut membela yang benar yang sedang menjadi korban kekerasan di tempat umum.

Setelah bermain game bersama, langkah selanjutnya adalah mengukur dampak game itu terhadap anak. Coba lihat, apakah game itu berhasil membangun defense system (sistem bertahan/membela diri) atau justru offense system-nya (sistem menyerang)? 

Caranya mudah saja, perhatikan baik-baik apakah anak kita jadi lebih agresif, kasar atau mudah menyakiti. Bila ya, berarti game itu telah ‘mengalahkan’ anak kita.

Namun bila anak kita diganggu dan ia tak “mengkeret” dan berani membela diri, itu berarti defense system-nya yang terbentuk. Jangan remehkan kemampuan membela diri, Ayah Bunda. 

Bila anak tak punya kemampuan ini, seperti yang terjadi adalah kasus anak TK di salah satu sekolah International yang mengalami pelecehan seksual. Anak itu terlatih untuk patuh dan menurut saya ia pasti tak pernah dilatih membela diri. Berbahaya, bukan?

Ujungnya adalah bagaimana membangun respons yang tepat dalam diri anak. Jadi jangan hanya bisa mencap, tapi pikirkan bagaimana menjadikannya sebagai proses pembelajaran bagi anak.

Supaya lebih mudah, adakah daftar game yang boleh dan tidak boleh?

Saya sering sekali mendapat pertanyaan ini. Menurut saya, ini pertanyaan yang seharusnya tak terlontar. Ayah Bunda sendiri sebagai orangtua yang lebih paham mana yang sudah bisa diberikan kepada anak dan mana yang belum. Setiap anak berbeda-beda. Saya tak mungkin pukul rata pada semua anak, walaupun usia dan jenis kelaminnya sama.

Yang perlu diperhatikan: Seperti layaknya virus, kekerasan punya tingkatan. Ketika kita kena virus flu, kita santai saja karena paham daya tahan tubuh kita bisa mengalahkannya. Namun bagaimana kalau kita terjangkit HIV atau virus ebola? Dalam menentukan game mana yang sudah boleh atau belum boleh untuk anak, sesuaikanlah dengan ‘daya tahan’ tubuhnya. 

Ada remaja laki-laki 14 tahun yang mungkin sudah ‘tahan’ main game keras (tentu harus dengan pendampingan lagi karena sudah paham bahwa ia berada di pihak yang baik). Namun ada remaja lain yang seusia dan sesama lelaki yang mungkin belum bisa. Orangtualah yang punya sensitivitas untuk menentukannya.
Bagaimana bila kedua orangtua sibuk bekerja dan tak bisa mendampingi anak main game?

Tiap manusia punya waktu yang sama: 24 jam sehari. Jangan fokus pada ‘kapan tidak bisanya’, tapi fokuslah pada ‘kapan bisanya’. Tidak mungkin kalau Ayah Bunda sama sekali tak punya waktu. Bahkan orang sesibuk presiden pun punya waktu untuk keluarganya. 

Bila Ayah Bunda hanya punya waktu di akhir pekan, ya bermainlah dengan anak di saat itu. Selain akhir pekan, berarti anak tak boleh bermain game tersebut. Jadi tak ada alasan ‘tak punya waktu’, bukan?

Inti dari semuanya adalah jika kita tidak mempu menemani dan menjadikan game2 yang kurang baik sebagai pelajaran untuk membangun self defense atau pertahanan diri anak sebaiknya jangan mengijinkannya main sendirian. 

Bayangkan jika kita orang tua tidak menjadi sahabat bermain game bagi anak dan mereka mencari sendiri game2 yang "berbahaya" di warnet2 seperti ilustrasi foto di bawah ini ?

Semoga ini tidak terjadi pada anak kita dan anak-anak lainnya. 

Sumber : buku Ayah Edy Menjawab Problematika Orang tua ABG dan Remaja. 

DAMPAK BURUK JIKA KITA SERING MEMBENTAK ANAK

“Tahukan bunda dan ayah di dalam setiap kepala seorang anak terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang siap tumbuh. Satu bentakan atau makian mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu juga. Satu cubitan atau pukulan mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu juga. Sebaliknya 1 pujian atau pelukan akan membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun sel otak saat itu juga.”

Membentak bisa berpengaruh buruk pada anak-anak, karena bisa membuat renggang ikatan batin dengan anak, selain itu bentakan tidak mengajarkan apa-apa untuk perkembangan si kecil. Saat usia anak masih di bawah 10 tahun, mereka tidak akan melawan atau balas membentak. Tetapi karena sikap pasif mereka itu, Anda jadi tidak bisa mengukur seberapa besar dampak psikologis yang ditimbulkan karena membentak. Anak cenderung untuk meniru perilaku orangtuanya. Seorang anak yang selalu dibentak, diomeli, atau dimarahi, akan tumbuh dengan keyakinan bahwa dia sah-sah saja berkomunikasi dengan menggunakan bentakan, omelan, atau kemarahan.

Beberapa Dampak Negatif Membentak Anak adalah :
  1. Anak saat dewasa menjadi minder & takut mencoba hal baru. Jiwanya selalu merasa bersalah sehingga hidupnya penuh keraguan dan tidak percaya diri.
  2. Anak akan memiliki sifat pemarah, egois, judes karena dia dibentuk dengan kemarahan oleh orang tuanya. Jika ada hal yang tidak berkenan dihatinya karena sikap kawannya, dia cenderung agresif dan memarahi rekannya. Padahal masalahnya hanya sepele.
  3. Anak akan memilki sifat menantang, keras kepala dan suka membantah nasehat atau perintah orang tuanya.
  4. Anak akan memiliki pribadi yang tertutup dan suka menyimpan unek-unek nya, takut mengutarakan, karena takut dipersalahkan.
  5. Anak menjadi apatis, sering tidak peduli pada suatu hal.

Dari beberapa artikel dan penelitian disebutkan bahwa, satu bentakan merusak jutaan sel-sel otak anak kita. Hasil penelitian Lise Gliot, berkesimpulan pada anak yang masih dalam pertumbuhan otaknya yakni pada masa golden age (2-3 tahun pertama kehidupan, red), suara keras dan membentak yang keluar dari orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh. Sedangkan pada saat ibu sedang memberikan belaian lembut sambil menyusui, rangkaian otak terbentuk indah.

Penelitian Lise Gliot ini sendiri dilakukan sendiri pada anaknya dengan memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor komputer sehingga bisa melihat setiap perubahan yang terjadi dalam perkembangan otak anaknya. “Hasilnya luar biasa, saat menyusui terbentuk rangkaian indah, namun saat ia terkejut dan sedikit bersuara keras pada anaknya, rangkaian indah menggelembung seperti balon, lalu pecah berantakan dan terjadi perubahan warna. Ini baru teriakan,” ujarnya. Dari hasil penelitian ini, jelas pengaruh marah terhadap anak sangat mempengaruhi perkembangan otaknya. Jika ini dilakukan secara tak terkendali, bukan tidak mungkin akan mengganggu struktur otak anak itu sendiri. “Makanya, kita harus berhati-hati dalam memarahi anaknya,” Tidak hanya itu, marah juga mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh. Tak hanya otak, tapi juga hati, jantung dan lainnya.

Baca Juga :  -  Hal Yang Paling Sulit Adalah Malarang Abg & Remaja Untuk Tidak Main Game
                     -  Subhanallah! Istriku Ingin kerjaa

Kelekatan hubungan anak dan orang tua sangat berpengaruh bagi perkembangan otak dan psycologisnya, tdk usah khawatir anak jadi cengeng dan manja. So.. Semoga saya tidak membentak lagi terutama pada umur 1-6 tahun si anak karena ini adalah "the golden age" yang dapat merusak kecerdasan emosionalnya.

Mari yuk selalu memberi pujian tulus dan pelukan kasih sayang kepada anak-anak kita agar kelak menjadi anak yang cerdas berjiwa penuh kasih sayang.

(sumber: ecahyono, forum.detik.com , life viva )

Beberapa koment :
Ayu Lusinta dan tanggapan ayah edy
"Bila kita bisa baik, lembut dan sabar sama orang lain, mengapa kita berlaku berbeda dgn anak yg sudah kita kandung, lahirkan dgn susah payah dan kita asuh Sabar itu mudah bila mengingat anak itu peniru ulung. Kita pemarah, anak jg akan jd pemarah. Kita sabar, InsyaAllah anak pun juga ga sulit diatur. Sudah saya coba ke anak saya, alhamdulillah disaat teman2nya suka bentak ibunya, anak saya ga pernah maksa, bentak saya." 
"Itulah yang sesungguhnya menjadi prestasi bagi seorang anak, juga sekaligus prestasi bagi orang tuanya"
Meryo Handoko
"Saya semasa kecil dengan didikan keras bapak saya.. Di cubit. dipukul karena sering main dan disuruh belajar, Tp seiring umur dan tambah besar saya sadar apa tujuan orang tua mendidik anak,. Dan memang selalu teringat, tapi memang harus begitu. Ternyata kehidupan jaman semakin berkembang atmosfir kehidupan semakin keras.. Dan sekarang saya merasakan ajaran demi ajaran menjadikan kokoh dalam berjuang utk hidup... Mungkin banyak cara pandang yg berbeda... Tinggal orang tua/dewasa mau diarahkan kemana generasinya.. Karena ajaran yg dilakukan hari ini akan berbeda dalam masa yg akan datang... Orang tua harus cermat memandang kedepan bukan kebelakang masa lampau.. Itu sejarah yg harus diperbaiki. (maaf cuma pendapat dr sisi lain)"


Mari kita putus mata rantai cara mendidik dengan penuh kekerasan agar anak kita kelak tidak mewarisinya kembali dan kita ganti mendidik dengan penuh kasih sayang. 
Ingatlah selalu gambar ini.
.

Artikel

More »